Selasa, 03 November 2015

Inspirasi dari Barang Bekas

Di tangan perajin dan kreatif, limbah atau sampah bisa dijadikan sebuah kerajinan bernilai jual cukup tinggi. Limbah kemasan pasta gigi, misalnya. Sampah kemasan pasta gigi yang oleh sebagian besar masyarakat, dibuang begitu saja, ternyata bisa menjadi sebuah tas unik. Alhasil, tas dari limbah kemasan pasta gigi itu, kini, sudah merambah pusat perbelanjaan eksklusif di Jakarta.

Adalah Slamet Riyadi, pria paruh baya dari gang kecil, Kemuning di Ciledug, Jakarta Selatan, yang merintis usaha kerajinan tas dari sampah pasta gigi itu. Ide mengolah limbah muncul sejak Slamet terkena pemutusan hubungan kerja alias PHK dari tempatnya bekerja pada tahun 1998 silam.

Slamet yang masih memiliki semangat dalam berkarya, langsung memutar otak mengolah limbah menjadi wujud yang berguna. Pilihan Slamet jatuh pada sampah pasta gigi.

Dengan menggunakan alat buatannya sendiri, Slamet pun mulai memotong-motong limbah kemasan pasta gigi dalam bentuk strip panjang. Potongan-potongan limbah lalu dianyam menjadi kantong, tikar, dan juga berbagai macam tas yang cantik.

Setelah mendapatkan sejumlah produk, Slamet baru memikirkan merk dagang agar hasil karyanya itu bisa diterima dan dikenal banyak orang. Slamet pun memilih nama unik untuk merk produk-produk karyanya. Ia menetapkan Lumintu sebagai merk dagangnya. Merk itu tak lain singkatan dari "Lumayan Itung-itung Nunggu Tutup Usia".

Memberi nama merk Lumintu bukan tanpa alasan. Itu karena mayoritas pengrajinnya adalah perempuan tua yang sudah berusia lanjut alias nenek- nenek. Bagi Slamet, nenek-nenek itu dulunya adalah pengrajin anyaman pandan, karena Ciledug dulunya merupakan hutan pandan. Namun lingkungan yang kian rusak, membuat hutan pandan kini beralih fungsi menjadi perumahan.

Para perempuan lanjut usia itu sangat gesit saat menganyam tikar ataupun tas. Mereka pun mengaku senang, karena selain bisa mendapat penghasilan tambahan, waktu mereka kini terisi dengan kegiatan berguna.

Setelah 12 tahun berdiri, pengrajin anyaman Slamet kini berjumlah 84 orang. Selain merambah pusat-pusat perbelanjaan eksklusif di Jakarta, buah karya tangan tangan kreatif itu juga sudah berulang kali mengikuti perlombaan lokal dan internasional. Produk limbah karya Slamet dijual berkisar antara Rp100 ribu per buahnya.Di tangan perajin dan kreatif, limbah atau sampah bisa dijadikan sebuah kerajinan bernilai jual cukup tinggi. Limbah kemasan pasta gigi, misalnya. Sampah kemasan pasta gigi yang oleh sebagian besar masyarakat, dibuang begitu saja, ternyata bisa menjadi sebuah tas unik. Alhasil, tas dari limbah kemasan pasta gigi itu, kini, sudah merambah pusat perbelanjaan eksklusif di Jakarta.


Adalah Slamet Riyadi, pria paruh baya dari gang kecil, Kemuning di Ciledug, Jakarta Selatan, yang merintis usaha kerajinan tas dari sampah pasta gigi itu. Ide mengolah limbah muncul sejak Slamet terkena pemutusan hubungan kerja alias PHK dari tempatnya bekerja pada tahun 1998 silam.

Inspirasi dari Barang Bekas dapat diperoleh dari Bpk

Dengan menggunakan alat buatannya sendiri, Slamet pun mulai memotong-motong limbah kemasan pasta gigi dalam bentuk strip panjang. Potongan-potongan limbah lalu dianyam menjadi kantong, tikar, dan juga berbagai macam tas yang cantik.

Setelah mendapatkan sejumlah produk, Slamet baru memikirkan merk dagang agar hasil karyanya itu bisa diterima dan dikenal banyak orang. Slamet pun memilih nama unik untuk merk produk-produk karyanya. Ia menetapkan Lumintu sebagai merk dagangnya. Merk itu tak lain singkatan dari "Lumayan Itung-itung Nunggu Tutup Usia".

Memberi nama merk Lumintu bukan tanpa alasan. Itu karena mayoritas pengrajinnya adalah perempuan tua yang sudah berusia lanjut alias nenek- nenek. Bagi Slamet, nenek-nenek itu dulunya adalah pengrajin anyaman pandan, karena Ciledug dulunya merupakan hutan pandan. Namun lingkungan yang kian rusak, membuat hutan pandan kini beralih fungsi menjadi perumahan.

Para perempuan lanjut usia itu sangat gesit saat menganyam tikar ataupun tas. Mereka pun mengaku senang, karena selain bisa mendapat penghasilan tambahan, waktu mereka kini terisi dengan kegiatan berguna.

Setelah 12 tahun berdiri, pengrajin anyaman Slamet kini berjumlah 84 orang. Selain merambah pusat-pusat perbelanjaan eksklusif di Jakarta, buah karya tangan tangan kreatif itu juga sudah berulang kali mengikuti perlombaan lokal dan internasional. Produk limbah karya Slamet dijual berkisar antara Rp100 ribu per buahnya.

Slamet yang masih memiliki semangat dalam berkarya, langsung memutar otak mengolah limbah menjadi wujud yang berguna. Pilihan Slamet jatuh pada sampah pasta gigi.

0 komentar:

Posting Komentar